Bagikan berita ini :
Kamis, 19 April 2012 , 07:35:00
Usaha Sudah Maksimal
Junaidi: Tidak Ada Kontak Fisik
SAMARINDA – Meninggalnya pelatih kempo PON Kaltim Hardi Widodo,menimbulkan pertanyaan, apakah almarhum menjalani latihan berat selama pelaksanaan character building. Maklum, kepergiaan Hardi terjadi saat dirinya tengah menjalani salah satu program di Pusat Latihan Kepempinan Tanah MerahSamarinda, Senin (16/4) lalu.
Informasi yang diperoleh, sebelum meninggal almarhum sempat mengeluhkan kondisinya yang sedikit letih pada salah seorang atletnya. Menurut diagnosa tim medis,Hardi mengalami serangan jantung.
Dalam jumpa pers yang digelar di Hotel Atlet kompleks GOR Madya Sempaja, Selasa (15/4) atau sesudah pemakaman, tim Puslatda dengan Komadannnya Zuhdi Yahya langsung menggelar jumpa pers. Bertempat di Hotel Atlit, jumpa pers dihadiri Dandim 0901 Samarinda Letkol Junaidi didampingi Kapten Inf Tommy Y menjelaskan kronologi kejadian.
Dijelaskan oleh Junaidi, Hardi bersama peserta yang lain mengikuti salah satu program dalam character building. Setelah menempuh perjalanan yang memakan waktu kurang lebih 30 menit, peserta sampai pada pos terakhir.
Sesaat setelah tiba, almarhum mendadak jatuh tertelungkup. Tim medis sempat melakukan pertolongan pertama dan mengevakuasi korban ke posko medis di lokasi tersebut. Kemudian tim medis segera merujuk Hardi ke Rumah Sakit TNI AD untuk penanganan lebih lanjut. Tapi,di tengah perjalanan menuju RS, Hardi mengembuskan napas terakhirnya.
“Perlu diketahui, selama seharian kegiatan character building di hari pertama sama sekali tidak kegiatan fisik. Pagi,kami isi dengan ceramah untuk memotivasi atlet dan peserta. Begitu terus hingga sore,” jelas Junaidi.
Malamnya, panitia mengadakan jurit malam. Nah, sebelum melakukan jurit malam, panitia terlebih dahulu menggelar apel dan sempat pula menanyakan kepada para peserta apakah mengalami derita sakit. Kapten Tommy Y, selaku komandan di sana sampai lima kali menyerukan hal di atas kepada peserta.
Apel sendiri dilakukan pukul 20.00 Wita. Setelah apel, peserta menjalankan jurit malam.“Saya lima kali bertanya kepada peserta. Menyuruh mereka angkat tangan begitu kami tanya ada yang sakit? Tapi, dari sekian peserta hanya satu orang yang angkat tangan,yaitu Pak Suada. Beliau kami pisahkan dan ditempatkan di tenda. Dan yang mengantarkan Pak Suada ke dalam tenda adalah Pak Hardi sendiri,” ucap Tommy.
Dikatakan Tommy, almarhum tergabung bersama dua pelatih yakni Sumatria dan Sumadji. Selama melakukan jurit malam, tidak ada gejala apa-apa. Bahkan, ketiganya kerap bercanda selama perjalanan. Tidak ketinggalan dengan Hardi yang diakui Tommy sempat menawarkan pundaknya untuk menggendong rekan lantaran melihat rekannya kelelahan.
Sempat terengah-engah, ketiganya berhasil mencapai garis finis. “Pak Hardi kelelahan. Begitu sampai finis, beliau ambil napasuntuk pelemasan. Sempat duduk kemudian minum air mineral. Setelah itu jatuh tak sadarkan diri,” jelas Tommy.
Melihat kejadian tersebut, Tommy mengerahkan tim medis untuk segera memberikan pertolongan pertama berupa bantuan oksigen. Tidak ada perubahan, tim medis akhirnya membawa Hardi ke rumah sakit dengan menggunakan ambulans. Namun sayang, nyawa Hardi tidak terselamatkan. (*/man/is)
Leave a Reply