Cabor Andalan Optimistis

Bagikan berita ini : 

Rabu, 20 Juni 2012 , 08:35:00
Cabor Andalan Optimistis

PERHELATAN akbar olahraga nasional sudah di depan mata. Menanti tabuhan gong PON XVIII 2012 di Riau, September nanti, armada Kaltim di bawah bayang-bayang prestasi emas empat tahun silam. Sebuah capaian yang bisa menjadi bumerang bagi Benua Etam. Torehan itu adalah penyuntik kepercayaan diri kontingen. Di luar itu, tekanan mempertahankan prestasi yang sudah diraih juga berpotensi membebani langkah atlet Kaltim.

Tiga bulan Puslatda berjalan, cabang olahraga (cabor) perengkuh juara umum kala berstatus tuan rumah pada 2008 lalu, masih menyimpan optimisme. Asa mengulang raihan itu dirasa realistis.

Cabor gulat dan balap motor misalnya. Mereka yakin kembali keluar sebagai yang terbaik. Meski berat karena tak ada lagi keistimewaan layaknya kontingen penyelenggara.

Saat berstatus tuan rumah, balap motor mengaku diuntungkan dengan kelebihan kuota atlet. Kaltim diperkenankan menurunkan pembalap lebih banyak. Kala itu, balap motor mendapat jatah delapan pembalap yang dibagi dalam dua tim. Hal itulah yang diakui turut andil pada keberhasilan juara umum dengan raihan tiga medali emas dan satu perak dari enam nomor yang dimainkan.

Pada gelaran mendatang, balap motor tetap menyimpan asa juara umum. Tim ini tak banyak berubah kecuali kuota dan komposisi pembalap, serta jumlah nomor yang dimainkan. Hasil Pra-PON silam menempatkan empat pembalap bagi tim dari Kaltim dengan komposisinya nyaris sama dengan PON 2008. Tiga dari empat atlet tersebut adalah penggondol medali emas empat tahun silam. Sementara satu lainnya atlet muda berbakat.

Seiring berjalannya puslatda, komposisi kemudian berubah. Dua pembalap, penyumbang ema PON lalu, Dwi Chandra dan Rudi Salim dicoret dari tim. Sebagai penggantinya direkrut pembalap cadangan, Robby Harmoko dan pembalap muda berprestasi, Ari Anto, untuk menggenapi kuota yang telah diisi Fitriansyah Kete dan Ramonaq Fernandus.

“Kami optimistis kembali juara umum. Hanya pada PON kali ini nomor yang dimainkan hanya empat. Jadi kami targetkan minimal dua emas,” ujar pelatih balap motor Kaltim Keriswana.

Pembalap kunci dipegang Fitriansyah Kete yang pada gelaran terdahulu menyabet tiga medali emas di kelas 110 cc perorangan, 110 cc beregu bersama Dwi Chandra, dan 150 cc beregu bersama Rudi Salim.

Pola pelatihan pun diakui tak banyak berubah. Keriswana menyebut, pembalap Kaltim adalah atlet jadi yang mempunyai jam terbang tinggi. Yang dilakukan sekarang adalah menjaga performa fisik dan konsentrasi atlet. Soal teknik, tak ada yang meragukan kemampuan keempat pembalap terpilih itu.

“Pembalap Kaltim sangat intens mengikuti gelaran kejurda, kejurnas, dan sejenisnya. Apalagi lawan yang bakal dihadapi di PON nanti adalah pembalap-pembalap yang biasa dilawan pada kejurda atau kejurnas. Otomatis mereka paham kekuatan lawan,” sambung Keriswana.

Sementara dicabor gulat, optimisme juga melambung tinggi. Raihan 13 medali emas dari 28 nomor yang dimainkan diyakini mampu didulang kembali. Pada PON nanti, gulat menurunkan 21 atlet untuk berlaga. Dari segi kuota, jumlah tersebut ada penurunan. Empat tahun lalu, Bumi Etam menempatkan 28 atlet.

Dari 21 pegulat yang akan berlaga di Riau nanti, 12 di antaranya pernah mengikuti pelatnas. Hal itulah yang menyulitkan keyakinan tim gulat.

Pelatih gulat Kaltim Bunyamin menyebut, salah satu senjata andalan adalah pengalaman menjadi penghuni pelatnas. “Selain itu, ada 12 atlet dari PON lalu yang akan turun di Riau nanti. Jam terbang mereka menjadi modal penting bagi Kaltim,” sebutnya.

Kelemahan tim gulat, menurut pria yang akrab disapa Babe itu, fisik atlet rata-rata kurang baik. Tidak hanya di Kaltim tetapi seluruh Indonesia. Itulah sebabnya pola latihan selalu disandingkan dengan menu pembinaan stamina atlet disamping teknik dan mental bertanding.

Metode pelatihan yang diterapkan diakui sangat berbeda dengan PON sebelumnya. Meski mengukir hasil bagus, pola latihan terdahulu disebut belum bagus. Hanya saat itu ada pelatih asing asal Rusia yang dikontrak sehingga performa tim gulat melonjak.

Pada PON kali ini, tenaga pelatih lokal yang diberdayakan. Pertimbangannya, pengalaman melatih mereka sudah lebih baik, pola latihan juga berubah. Dalam membentuk tim, pelatih memadukan metode Asia dan Eropa. Asia dikenal mengutamakan kekuatan.

Sementara Eropa lebih mengedepankan teknik. Perkawinan keduanya diyakini akan menghasilkan keseimbangan antara kekuatan dan teknik.

“Dengan komposisi atlet dan program yang ada, saya optimistis juara umum akan kembali jatuh ke tangan kami,” ujar Bunyamin. (*/dwi/far)

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *