Senin, 23 Juli 2012 , 08:54:00
Futje, Melayani Bak Raja
Ikut Sahur di Hotel Atlet
Atlet Kaltim tetap latihan rutin saat Bulan Ramadan. Ini agar mereka bisa memeroleh hasil maksimal Pekan Olahraga Nasional (PON) XVIII Riau yang semakin dekat.Berikut cerita atlet, pelatih, hingga koordinator konsumsi, saat disambangi Kaltim Post di Pusat Latihan Daerah (Puslatda) di Hotel Atlet, GORMadya Sempaja Samarinda, Sabtu (21/7) dini hari.
RATUSAN atlet dan pelatih mulai santap sahur sekira pukul 03.00 Wita. Mereka tenggelam dalam kesibukan memilih menu di meja-meja yang berderet. Di salah satu meja lima orang perempuan sibuk menggoreng telur.Di antaranya ada Futje Wijaya, koordinator konsumsi Puslatda.
“Mau apa? Telur dadar?” tanya Futje dengan ramah kepadaatlet yang menghampirinya.
Dengan cekatan, Futje dan rekan-rekannya menggoreng telur. Menu sahur kali ini ada mi kuah dengan sayur, bakso, dan nasi goreng. Ada lauk pendamping seperti telur rebus, abon ayam, dan ayam goreng. Banyak varian menu yang bisa dipilih. Sebagai pencuci mulut ada pepaya dan roti. Tak lupa susu cokelat dan teh.
Tangan perempuan kelahiran Manado, 14 September 1953 ini tak berhenti menggoreng telur ceplok atau telur dadar sebelum mendekati imsak. Fujte sendiri tak masalah bekerja sampai pagi.
Konsumsiuntuk atlet sebenarnya dimenangkan sebuah katering. Tapi, Futje tetap harus turun langsung melihat penyajian menu. Bukan hanya urusan terhidangnya makanan, dia juga harus mengamati atlet-atlet itu agar melahap makanan sesuai porsi. “Atlet mana yang diet, yang mana yang tidak boleh makan nasi putih, tapi harus makan nasi beras merah. Saya harus amati,” terangnya, lantas tersenyum.
Misalnya binaragawan yang tidak boleh mengonsumsi gula, garam, dan nasi putih. Mantan pedansa ini harus benar-benar memastikan yang dilahap binaragawan itu menu sesuai ketentuan. Terutama mengamati atlet yang makannya harus sesuai gizi yang sudah dihitung. “Astuti Tommy, dokter gizi para atlet ini,” papar Futje.
Ada 200 lebih atlet yang berpuasa. Setidaknya ada tiga termos nasi besar yang harus disediakan. Ukurannya tujuh hingga delapan kilogram beras yang ditanak. Lauk, per orang dijatah satu atau dua butir telur. “Tapi, kalau dia habis lebih dari dua telur siapa bisa menahan?” ucapnya. Tak hanya santap sahur bagi yang berpuasa, Futje juga bertanggungjawab atas 137 atlet yang sarapan pagi. Yaitu atlet yang non-muslim.
Bisa dibayangkan tingkat kesibukannya? Aktivitas ibu empat anak dan sembilan cucu ini dimulai sekitar pukul 01.00 Wita. Setengah jam kemudian dia meluncur ke Hotel Atlet menggunakan kendaraan roda empatnya. “Saya setir mobil sendiri,” terang ketua Ikatan Olah Raga Dansa Indonesia (IODI) Kaltim ini. Terbilang jauh jarak yang ditempuh, rumah Futje di Jalan Cipto Mangunkusumo, Samarinda Seberang.
Sementara Hotel Atlet di Jalan KH Wahid Hasyimdi kawasan Sempaja. “Khusus atlet, saya siap melayani yang terbaik. Atlet itu pokoknya sudah seperti raja,” ujarnya, bersemangat.
Maklum, atlet-atlet ini akan bertarung di PONXVIII Riau. Meskitak bulan Ramadan, layanan konsumsi memang harus detail dan bergizi. Bedanya, Futje harus membagi dua waktu kerja. Waktu sahur, waktu sarapan, dan waktu berbuka. Dari melayani sahur, dia lanjutkan melayani atlet yang sarapan. Setelah itu juga tak langsung bisa istirahat lama. Futje harus memastikan bahan-bahan makanan untuk diolah waktu berbuka dan sahur pada hari selanjutnya. Kurang tidur? Sudah tentu. “Biasa saja, pokoknya semangat. Buat atlet apapun harus siap,” ucapnya.
Untuk layanan maksimal, Futje mengaku harus bisa menjadi pendengar yang baik. Menerima masukan-masukan untuk permintaan varian menu. “Biasanya atlet remaja yang pesan menu lebih variatif,” terangnya. Bukan menu makan utama, tapi menu pencuci mulut. Misalnya ada kue-kue daerah untuk cemilan bahkan cokelat. Contohnya saja atlet catur yang masih umur belasan tahun.
Namanya juga remaja, lidahnya juga harus dimanjakan dengan yang manis-manis. “Bunda, makanan ringannya bisa cokelat enggak,” ucap Futje mencontohkan pesanan pencuci mulut atlet remajaitu. Futje memang ramah, baik, dan murah senyum. Wajar jika ada atlet yang menyapa akrab dengan panggilan bunda atau mami. (*/her/far)
Leave a Reply