PUASA Ramadan bukan halangan bagi atlet yang membela Kaltim di PON 2012 Riau. Atlet dituntut untuk memberikan prestasi setinggi-tingginya; medali emas. Karena itu, meski puasa, atlet tetap berlatih.
Sabtu (21/7), usai santap sahur, sekira pukul 03.00 Wita, media ini bertemu dengan Yuli, gadis 17 tahun asal Samarinda yang merupakan atlet senam ritmik. Bersamanya ada Ardiansyah, pegulat berusia 27 tahun. Jika tak ada halangan, keduanya akan mewakili Kaltim dalam PON Riau, 9 September mendatang.
Keduanya tergabung bersama 582 orang yang terdiri dari 483 atlet (295 atlet putra dan 158 atlet putri) 120 pelatih dan 9 ofisial teknis.
Menginjak hari pertama puasa, keduanya sudah siap. “Sampai Senin depan (hari ini) kami tak punya jadwal latihan. Jadi istirahat dulu,” ujar Yuli yang mengaku tahun ini menjadi puasa pertamanya dalam persiapan menghadapi event besar seperti PON.
Kata Yuli, pada bulan puasa porsi latihan dikurangi, tapi tidak dengan semangat. Normalnya, ia bisa menghabiskan tiga hingga empat jam sekali berlatih, dengan jadwal pagi dan sore.
Bulan puasa, porsi latihan hanya dua jam. Ditambah latihan malam usai salat tarawih. “Stamina pasti berkurang. Soalnya asupan makan hanya diperoleh saat sahur. Mengatasinya, kami mengonsumsi vitamin,” kata dara yang sudah enam tahun menggeluti olahraga kelenturan tubuh ini.
Tak adanya asupan siang hari lantas tak membuat atlet harus menggandakan menu saat berbuka puasa maupun sahur. Bobot badan harus diperhatikan. “Jangan sampai ketika puasa, berat badan justru bertambah,” tuturnya.
Lain Yuli, lain pula Ardiansyah. Pegulat ini mengatakan akan meninggalkan puasa saat menjalani Training Centre (TC) di Korea Selatan, 28 Juli mendatang. Ini terpaksa dilakukan demi meningkatkan kemampuannya.
“Di sana (Korea) sulit kalau mau puasa,” kata pria yang pernah mengharumkan nama Indonesia lewat medali emasnya di SEA Games XXV di Laos, 2009 silam. Tampaknya pengaruh iklim dan budaya setempat membuatnya kesulitan untuk beradaptasi.
Bagi mereka, berpuasa bukan menjadi halangan untuk meraih prestasi. Lagipula banyak atlet dunia yang telah membuktikannya. Tetap berpuasa dan mampu meraih kemenangan.
Fitriansyah, salah satu pelatih wushu Kaltim yang ikut sahur bareng dini hari itu mengaku, saat itu setidanya ada 20 cabang olahraga (cabor) yang ikut sahur bersama.
Meski puasa, jadwal latihan tak berkurang. Hanya waktu pelaksanaannya yang berubah. Biasanya, latihan tiap pukul 07.00 Wita hingga 09.00 Wita. Sedangkan siang pukul 11.00 Wita hingga 12.00 Wita dan sore 16.00 Wita hingga 17.00 Wita. Pada Ramadan, waktu latihan sore diganti malam, sekitar pukul 20.00 Wita hingga 21.00 Wita.
Dia mengatakan, meski puasa tak ada waktu libur. Namun ada sejumlah cabang olahraga (cabor) lain yang memberlakukan waktu libur pada Minggu. Tidak libur berlatih, karena mepetnya waktu yang tersisa menuju PON 2012 di Pekanbaru, Riau.
“Kami mulai 4 September 2011akan berangkat ke Pekanbaru. Jadi hanya tersisa sebulan lagi persiapan berlatih,” katanya.
Suasana sahur bareng saat itu sangat bersahabat. Semua atlet dari berbagai cabor berbaur. Mereka menyantap hidangan yang sudah disediakan tim konsumsi dari KONI Kaltim. Makanan yang dihidangkan cukup variatif.
“Tapi tetap dengan standar yang sudah ditentukan,” ujar Fitriansyah.
Tahun ini wushu ditargetkan tiga emas. Peluangnya juga masih terbuka. Pada PON 2008 di Kaltim lalu cabor wushu meraih tiga emas, dua perak, dan satu perunggu. Saat ini ada delapan atlet wushu.
Supaya atlet tetap sahur bersama, mereka biasanya dibangunkan tidur oleh sesama atlet yang menginap di Hotel Atlet itu. Begitu juga dengan buka puasa, semua atlet kembali bersama-sama menyantap hidangan. “Tiap perhelatan PON, saat latihan ketika puasa, kami tetap menjalankan ibadah puasa. Sahur dan buka puasa juga bersama-sama,” jelasnya. (*/rdh/*/rom/far)
Leave a Reply