Kamis, 02 Agustus 2012 , 09:14:00
SILVER TRI
Lagi, Lifter Kaltim Unjuk Gigi
MEDALI KEDUA DARI KALTIM: Ekspresi Triyatno saat berjuang membukukan total angkatan 333 kg di kelas 69 kg pria. Medali perak yang diraihnya, menambah tradisi medali dari cabang angkat besi.
LONDON – Cabang olahraga (cabor) angkat besi kembali mengharumkan nama Indonesia di Olimpiade London 2012. Dan, lagi-lagi lifter asal Kalimantan Timur (Kaltim) unjuk gigi.
Setelah Eko Yuli Irawan yang menyabet medali perunggu di kelas 62 kg, giliran Triyatno yang –setingkat lebih baik– merebut medali perak untuk kelas 68 kg, Rabu (1/8) dini hari Wita.
Malam itu di Excel London, Triyatno mencatatkan angkatan snatch 145 kg serta 188 kg untuk angkatan clean dan jerk. Total angkatan yang berhasil dikumpulkan perah medali emas di SEA Games 2011 itu sebanyak 333 kg.
Medali emas nomor ini direbut lifter Tiongkok, Lin Qingfeng, dengan total angkatan 344 kg. Adapun medali perunggu jatuh kepada lifter Rumania, Martin Ravzan Constantin dengan total angkatan 332 kg.
Dalam momen penentuan, Triyatno harus mengangkat beban 188 kg –hal yang sebelumnya tak pernah dilakukan atlet kelahiran 20 Desember 1987 itu, bahkan dalam latihan sekalipun. Sebenarnya, bungsu dari tiga bersaudara itu sudah mengamankan medali perunggu ketika mampu mengangkat beban 186 kg.
Namun berkat dorongan Lukman, sang pelatih, Tri (sapaan akrabnya) mengambil tantangan. Sudah diduga, kakinya terseok-seok menahan beban seberat itu. Badannya doyong. Namun, usahanya tak sia-sia. Anak pasangan Suparno dan Sukatinah tersebut mampu mempersembahkan medali perak bagi Merah-Putih, lebih baik dari hasil di Beijing empat tahun lalu ketika “hanya” meraih perunggu.
“Dalam hati saya berkata, saya harus mati-matian menahan, ini kesempatan terakhir saya. Kalau perlu mati di sini tidak apa-apa,” kata Tri. “Tadi hampir jatuh tetapi saya tahan terus sampai ada perintah down, baru saya jatuhkan,” tambahnya.
Sejujurnya, Tri tak menyangka bakal memperoleh perak, karena angkatan snatch-nya kurang memuaskan –hanya 145 kg, sementara catatan terbaiknya 150 kg. Namun, dia menebusnya dengan aksi spektakuler di angkatan clean and jerk.
“Saya sangat senang. Puji syukur atas apa yang diberikan Allah karena saya tidak menyangka akan memperoleh perak,” ujar dia.
Di kelas ini, lifter Indonesia lainnya, Deni, menempati peringkat 12 dengan total angkatan 311 kg (snatch 140 kg, clean and jerk 171 kg).
Triyatno, anak sederhana dari keluarga petani itu menekuni karier angkat besi di usia 14 tahun. Ucapan pelatihnya waktu itu, Yon Haryono, “Nanti kalau kamu juara bisa menginap di hotel gratis, pergi ke mana saja gratis.” Siapa sangka, ungkapan ini menyulut semangatnya untuk berlatih keras.
Catatan prestasi diukirnya. Selain dua medali Olimpiade, ia juga meraih emas di Kejuaraan Asia 2009, dan perunggu di Kejuaraan Dunia 2009 dan 2010.
Akhir tahun ini, setelah membela Kaltim di PON Riau, Tri berencana menikahi kekasihnya sesama lifter, Riska Anjani.
Bersama Eko Yuli, Tri tetap menjadi andalan Indonesia di Olimpiade Rio de Janeiro 2016 mendatang. “Insya Allah saya masih bisa tampil di Rio, dan berharap (meningkatkannya) menjadi emas,” tandasnya.
PREDIKSI CUMA PERUNGGU
Sementara itu, sukses dua lifter Kaltim di London disambut antusias insan angkat besi di daerah ini. “Di luar dugaan. Prediksi awal kami, dia (Triyatno) minimal menyamai prestasi Eko yakni medali perunggu. Tapi yang didapat justru melebihi dengan medali perak,” ucap Sugeng Mochdar, ketua harian Pengprov PABSSI Kaltim.
Menurut Sugeng, sukses kedua lifter berbicara di event sekelas Olimpiade tidak diraih dengan mudah. Perlu latihan ekstra keras dengan mengikuti latihan yang telah disusun pelatih Lukman. “Kita patut bersyukur dan bangga dengan prestasi yang diukir Eko dan Triyatno. Berkat latihan keras, hasilnya dapat mereka petik. Mereka pantas menjadi kebanggaan Indonesia serta Balikpapan khususnya. Kita berharap keduanya dapat menjaga stamina dan performa karena masih ada misi daerah yang harus mereka emban,” sambung Sugeng.
September mendatang, Eko dan Triyatno akan diandalkan tim PABSSI Kaltim untuk mendulang medali emas di PON XVIII/Riau 2012/
Soal bonus, menurut Sugeng, karena mereka turun di event internasional, sudah sepatutnya menjadi tanggungan Menpora dan PB PABSSI. “Sudah berbeda ranahnya. Kalau PON, boleh jadi tanggung jawab KONI serta Pengprov PABSSI. Reward sudah seharusnya diberikan, tapi harus sesuai dengan siapa yang memberikan. Intinya, jangan tumpang-tindih,” terang Sugeng.
Pemerintah mengganjar atlet peraih medali di Olimpiade dengan bonus uang. Rinciannya, medali emas Rp 1 miliar, Rp 500 juta untuk medali perak, sedangkan medali perunggu sebesar Rp 250 juta.
Asisten pelatih angkat besi Kaltim, Joni Firdaus, turut mengungkapkan rasa bangganya terhadap sukses Eko dan Tri. “Saya hanya mempersiapkan keperluan mereka, seperti makan, fasilitas latihan dan lain-lain yang sifatnya nonteknis. Kalau urusan latihan dan program, itu sepenuhnya wewenang pelatih (Lukman),” papar Joni.
Karena tampil untuk Olimpiade, baik Eko maupun Tri harus latihan terpisah dengan rekan satu timnya yang nantinya terjun di PON Riau. Meski begitu, Joni menyebut jika Eko dan Tri termasuk atlet yang disiplin saat menjalani latihan. Keduanya bahkan tidak menganggap jika mereka lebih baik dari yang lain.
“Pada dasarnya, pola latihan sama. Yang diterima Eko dan Triyatno, ya, diterima juga teman-teman yang lain. Cuma memang, perlakuannya yang beda. Maklum, keduanya termasuk atlet ‘elite’ karena bermain di event internasional seperti Olimpiade ini. Tapi dari pribadi, mereka mau berbaur dengan teman yang lain. Mau share pengalaman dan sama-sama mendorong untuk maju,” ungkap dia.
Sukses di London diharapkan menjadi cambuk bagi atlet lain. “Kami maunya, para atlet berlomba-lomba menunjukkan kemampuan terbaiknya. Mereka bisa lihat, bagaimana Eko dan Triyatno bisa meraih medali di Olimpiade. Itu bisa jadi contoh,” harapnya.
Sementara itu, Komandan Puslatda Zuhdi Yahya juga menyampaikan apreasiasinya. Tak lupa, Zuhdi berharap kegemilangan Eko dan Tri dapat berlanjut di PON nanti. “Jangan cepat puas. Tingkatkan terus kemampuan dan jangan berhenti di sini. Sebentar lagi, kita akan menghadapi PON, harapannya Eko dan Triyatno bisa menjadi sebagai penggerak bagi atlet lainnya untuk berprestasi di PON,” harap Zuhdi.(ang/jpnn/er/zal)
Leave a Reply