Maju Tak Gentar Menuju Tiga Besar Asa Kaltim di PON Riau (1)

Senin, 10 September 2012 , 11:40:00
Maju Tak Gentar Menuju Tiga Besar
Asa Kaltim di PON Riau (1)

Juara umum dan runner up perolehan medali seperti telah sejati menjadi rebutan Jawa Timur dan DKI Jakarta. Kaltim mengincar sekaligus menjaga asa di posisi ketiga.

ERY SUPRIADI, Pekanbaru

AIRmuka Titus Bonay tak secerah Andik Vermansyah. Pemain asal Papua itu galau lantaran timnya gagal menahan laju Jawa Timur (Jatim). Menang lewat gol tunggal saat perebutan tempat terbaik cabang olahraga sepak bola PON XVII 2008, Jatim berkuasa atas medali emas.

Pertandingan empat tahun silam di Stadion Utama Kaltim di Palaran, Samarinda, menjadi pemungkas helatan PON di Kaltim. Andik dan Tibo –sapaan Titus Bonai– kala itu hanya dua dari sekian pemain amatir yang berlaga di pekan olahraga.

Jumat, 18 Juli 2008, menjadi hari berbahagia bagi pesepak bola Jatim yang menerima kalungan medali emas. Sempurna bagi kontingen ini, karena selain emas dari cabor bergengsi, mereka juga keluar sebagai juara umum.

Mujur dan hibur bukan hanya milik Jatim. Kaltim turut menepuk dada. Sebagai tuan rumah, kontingen Benua Etam mampu menyelenggarakan turnamen nasional empat tahunan untuk kali pertama di tanah Borneo.

Tambah istimewa ketika tuan rumah finis di posisi ketiga dalam klasemen perolehan medali. Semua petinggi provinsi, mulai Penjabat Gubernur Kaltim Tarmizi Abdul Karim sampai para pengurus KONI guyub di malam penutupan yang dihadiri Wakil Presiden Jusuf Kalla.

Prestasi gemilang. Sebab, empat tahun sebelumnya kala PON ke-16 di Palembang, Kaltim hanya tercecer di posisi sembilan. Ketika menjadi tuan rumah, Benua Etam mencetak rekor anyar setelah mampu menembus dominasi daerah langganan papan atas, seperti Jatim, DKI, Jawa Barat (Jabar), juga Jawa Tengah (Jateng).

Kaltim menyabet total 342 medali terdiri dari 116 emas, 111 perak, dan 115 perunggu. Perolehan yang membuat Kaltim duduk di posisi ketiga di klasemen akhir perolehan medali, di bawah Jatim dan DKI. Cerita yang diingat anak cucu berikut jargon populer kala itu, “Biar tekor asal kesohor.”

***

KALTIMpunya hasrat besar dalam PON XVIII/Riau 2012 yang dibuka pekan ini. Kontingen Benua Etam berniat mengulangi sukses empat tahun silam. Tiga besar menjadi target sesuai dengan titah Pemprov Kaltim.

Hitung-hitungan kekuatan, Kaltim memang harus mengakui sepak terjang Jatim dan DKI. Dua daerah ini seakan mustahil diajak duel perolehan medali oleh Kaltim. Silih berganti, DKI dan Jatim menjadi pemimpin perolehan medali.

Rekam jejak di PON XVI 2004 Palembang, DKI berjaya di puncak klasemen dengan 41 emas, 111 perak, dan 114 perunggu. Disusul Jatim yang mendulang 76 emas, 81 perak, dan 111perunggu.

Empat tahun berselang, Jatim sukses mengudeta kontingen Ibu Kota. Mengumpulkan 139 emas, 113 perak, dan 111 perunggu, Jatim mengungguli DKI di posisi kedua dengan 119 emas, 117 perak, dan 122 perunggu.

Kaltim pun “tahu diri”. Sebagai “saudara muda”, provinsi ini hanya berambisi mempertahankan peringkat ketiga. Soal siapa juara umum, Kaltim tak ambil pusing.

Target sama tetapi sokongan dana berbeda. Begitulah yang diterima kontingen Kaltim di bawah naungan KONI. Pada PON 2008, KONI mendapat anggaran Rp 115 miliar dari hibah provinsi Kaltim plus Rp 60 miliar sebagai bonus. Totalnya Rp 175 miliar.

Pada PON kali ini, KONI hanya diguyur Rp 80 miliar. Bonus atlet, kendati pun nilainya bertambah, ditanggung bapak angkat. Penanggung tersebut adalah perusahaan yang beroperasi di Kaltim dan telah menandatangani nota kesepahaman dengan Pemprov Kaltim. Disiapkan Rp 250 juta untuk setiap keping medali emas, naik Rp 100 juta dibanding pesta olahraga serupa empat tahun lalu.

Pada pelepasan kontingen Kaltim pekan lalu di Stadion Madya Sempaja, Samarinda, Gubernur Kaltim Awang Faroek Ishak memastikan bonus segera dipenuhi. Syaratnya, harus meraih prestasi terbaik yang resmi dimulai 11 September 2012.

“Ini kata Gubernur. Masa’ tidak menjamin (bonus),” ucap Awang, seraya berjanji, “Yang penting, prestasi dulu. Bonus menyusul. Jangan khawatir.”

Pernyataan yang menegaskan bahwa Kaltim tak gentar menuju tiga besar.

***

SATU-SATUNYA ancaman Kaltim meraih posisi ketiga datang dari Jabar. KontingenBumi Padjajaran memiliki rekam jejak lumayan dalam helatan PON.

Delapan tahun lampau di Palembang, Jabar di peringkat ketiga dan saat PON 2008 di peringkat keempat. Jabar menjadi kompetitor sepadan bagi Kaltim.

Wakil Ketua II KONI Kaltim yang membidangi Litbang dan Bina Prestasi, Ego Arifin, mengatakan bahwa perebutan posisi tiga besar PON Riau akan menjadi milik Kaltim dan Jabar. “Kendati hanya Jabar, kejar-mengejar medali pasti sengit,” kata Ego saat ditemui Kaltim Post, pekan lalu.

Analisis Ego, posisi puncak menjadi rebutan Jatim dan DKI Jakarta. Itu seperti tak bisa diganggu gugat. Kaltim akan rela bila sebagian besar medali direbut kedua provinsi tersebut. Namun Bumi Etam tetap akan memperjuangkan potensi medali sesuai target.

“Biar saja Jatim dan DKI Jakarta berebut emas di semua cabor. Kaltim harus bisa merebut emas dari cabor yang sudah ditargetkan,” jelasnya.

Ego juga tak menganggap enteng Jateng, Sulawesi Selatan (Sulsel), Papua serta kuda hitam Riau sebagai tuan rumah. Namun berdasarkan hasil perolehan medali PON sebelumnya maupun hasil tanding Pra-PON, Kaltim masih unggul dari empat daerah tadi.

Menilik sebaran kekuatan, Ego meyakini jika komposisi berimbang. Tengok saja Papua yang beberapa tahun terakhir begitu kuat di atletik kini seperti loyo. Sebabnya tak lain kebijakan mutasi yang memungkinkan atlet dari satu daerah berpindah ke daerah lain. Peta kekuatan pun berubah.

Begitu juga Lampung yang mendominasi cabor angkat besi dan angkat berat. Tetapi Kaltim punya dua lifter tangguh, Eko Yuli Irawan dan Triyatno. Duet peraih medali Olimpiade London tahun ini memang lahir di Lampung, namun mereka sudah berdomisili di Balikpapan.

Dalam PON kali ini, sebanyak 601 keping medali emas diperebutkan. Kaltim turun di 39 cabor dengan membawa 444 atlet yang mengikuti 378 nomor tanding.

Target perolehan medali untuk Kaltim bukan tanpa pertimbangan. Dari target yang diunggah masing-masing pengurus cabor, Kaltim bisa mengoleksi 98 emas. Namun hitung-hitungan induk organisasi olahraga yang merasionalisasi target itu, Kaltim kemungkinan besar mendulang 60 sampai 65 medali emas.

“Pertimbangannya banyak. Mulai kondisi atlet, kemampuan teknik, hasil Pra-PON, VO2 Max, hingga puslatda selama enam bulan. Prediksi itu bukan main-main,” tegas Ego.

Sementara bila diiringi permasalahan dana, kepastian bonus, dan berkaca hasil Pra-PON, Kaltim hanya mampu mengumpulkan 38 medali emas. Setidaknya itu menurut Komandan Puslatda Kontingen Kaltim, Zuhdi Yahya. “Jika hasilnya seperti itu, Bumi Etam hanya mampu finis di peringkat kelima atau keenam,” tuturnya.

Jadi, bisakah kita kesohor lagi? (fel/obi/zal/che/bersambung)

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *