Bagikan berita ini :
Rabu, 02 Mei 2012 , 09:34:00
Catatan: Rusdiansyah Aras
Juara Tak Dibentuk Semalam
Rusdiansyah Aras
PADA Pekan Olahraga Nasional (PON) XVII/2008 di Kalimantan Timur (Kaltim), masyarakat olahraga Benua Etam boleh bangga dan puas. Apalagi kalau bukan karena hasil 3 besar yang diraih kontingen PON XVII Kaltim dengan menyumbang 117 medali emas, 111 perak dan 116 perunggu. Kaltim saat itu menggusur Jawa Barat (Jabar) ke posisi 4 besar dengan raihan 101 emas, 84 perak dan 132 perunggu.
Dalam PON XVIII tahun ini di Riau, Kaltim memasang target mempertahankan posisi tersebut. Tidak mudah memang, mengingat provinsi ini bukan lagi menjadi tuan rumah, ditambah terbatasnya kuota atlet Kaltim sendiri. Selain itu beberapa kendala pun dialami atlet serta pengurus Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Kaltim, karena terbatasnya anggaran yang dikucurkan Pemprov Kaltim.
Meski Puslatda kontingen PON XVIII Kaltim dikomandani oleh orang yang sama, yakni Zuhdi Yahya dan personel sama pula, yang sukses melampaui target 5 besar pada PON tiga tahun lalu, ke depan tentu hasilnya akan beda. Bahkan target 3 besar bukan hal mudah untuk didapatkan kembali, meski peluang untuk itu tak tertutup.
“Harus ada persiapan yang benar-benar matang untuk mengulang sukses seperti 4 tahun lalu. Persiapan itu tak hanya mencakup soal dana, tetapi secara keseluruhan termasuk mematangkan persiapan atlet,” kata pengamat olahraga Kaltim H Achmad Husry.
Target 3 besar memang sangat bagus, seperti yang dicanangkan Gubernur Kaltim Awang Faroek Ishak. Apalagi ada iming-iming bonus bagi penyumbang sekeping medali emas akan diganjar Rp 250 juta, yang tujuannya untuk membakar motivasi atlet. Namun hal tersebut juga harus disokong dengan pendanaan yang baik. Karena persiapan atlet menuju PON, tak bisa lepas dari matangnya anggaran yang dialokasikan kepada atlet.
Mengapa hasilnya akan beda? Karena pada 2008, sokongan dana yang diberikan sangat luar biasa, tak hanya untuk atlet, tetapi juga semua elemen yang berkaitan langsung dengan sukses tersebut. “Sebab motonya dulu biar tekor asal kesohor. Tapi sekarang Kaltim sepertinya tak berani menjadi tekor, tetapi berani bercita-cita. Itulah sebabnya, meraih kembali posisi 3 besar itu tidak mudah,” ujar Husry yang juga chairman PT Sinar Kumala Naga.
Menurut Husry, atlet tak bisa mempersiapkan diri secara maksimal jika sokongan yang diberikan kepada mereka terbatas. Belum lagi kebenaran penggunaan dana yang diberikan.
“Ini bukan masalah anggaran yang dikorupsi. Tetapi alangkah lebih baik kalau SPPD pengurus lebih difokuskan kepada atlet. Saya pikir dengan dana terbatas, pengurus yang biasanya mendapatkan dana saat berangkat, dananya bisa dialihkan ke atlet,” paparnya.
Karena itu, yang harus dilakukan KONI Kaltim adalah memantapkan program meraih target yang dicanangkan dengan mengoptimalkan anggaran yang ada, dengan sisa waktu sekitar 4 bulan lagi. Pastinya program tersebut harus didukung dengan dana yang cukup. Makanya dukungan finansial harus dipersiapkan jauh-jauh hari untuk membentuk atlet. Jika baru dikeluarkan saat sudah mau bertanding, itu sama saja sebagai ganti rugi.
Menurut Husry, pembinaan adalah hal utama untuk meraih prestasi tinggi. Jika ingin membina atlet sendiri, seharusnya setahun yang lalu sudah dimulai, karena tidak mungkin juara itu dapat terbentuk dalam waktu semalam.
Kuncinya sekarang seluruh pemegang kebijakan, baik itu penguasa maupun politisi harus mengerahkan seluruh kekuatan dan konsentrasinya, agar target 3 besar bisa diraih. Tahapannya biar KONI yang menyusun kemudian baru diuji, bisa atau tidak untuk mengelola 38 medali emas, 45 perak dan 52 perunggu yang diperoleh Kaltim pada pra kualifikasi PON XVIII/2012 menjadi target Kaltim pada PON XVIII/2012 di Riau dengan 82 emas, 23 perak dan 18 perunggu.
Sekarang beda dengan 2008 lalu, saat itu kita beli atlet yang bagus-bagus, makanya hasilnya juga luar biasa. Sekarang tak bisa lagi begitu, karena banyak atlet bagus main untuk tuan rumah PON karena dibayar lebih mahal. Semoga Kaltim Bisa, Kaltim Juara. (aras@kaltimpost.net/far)
Leave a Reply